ANDA sering mendengar istilah foto lanskep yang identik foto keindahan panorama alam dan pemandangan? Biasanya jenis foto ini banyak dikreasi para pencinta alam dan aktivis lingkungan hidup yang mengabdikan dirinya pada kegiatan perlindungan keaneragaman flora dan fauna. Atau para arsitek yang sering memburu pemandangan perkotaan untuk dijadikan inspirasi.

Seperti Anda tahu karya foto pertama di dunia adalah foto sebuah pemandangan yang tampak dari jendela sebuah ruang kerja. Setelah foto pertama yang digolongkan sebagai fotografi panorama atau pemandangan, fotografi berkembang sebagai media dokumentasi. Kini jenis-jenis foto sangat beragam, salah satunya foto pemandangan.

Ririn dalam missririn.blogspot.com menjelaskan perihal foto lanskep. Menurutnya, foto pemandangan merupakan foto yang menekankan pada keberadaan alam pemandangan yang indah menurut rasa penilaian fotografer. Bagi kebanyakan orang sering kondisi alam di sekitarnya selalu dilihat dalam kehidupan sehari-hari tidak indah lagi. Umumnya orang menjadi kehilangan sensitifitas untuk menfokuskan perhatiannya pada keindahan alam yang ada di sekitar kehidupannya sehari-hari. Padahal dalam sesi-sesi tertentu Anda dapat menemukan kondisi paling indah dari alam yang ada di sekitar Anda. Misalnya, pada pergantian musim, saat beberapa tumbuhan sedang mengalami pergantian daun, dan lain-lain. Atau bisa juga Anda menjumpai pemandangan alam begitu indah ketika secara sensitif bisa menandai sifat dan arah datangnya sinar matahari. Contoh pada sore atau pagi hari, ketika sinar matahari bersifat kekuning-kuningan dan arah jatuhnya membentuk bayangan obyek yang sangat panjang.

Foto pemandangan bisa dikategorikan menjadi beberapa macam, yakni

  1. foto landscape, yakni foto pemandangan alam daratan yang mencakup alam pegunungan, lembah, persawahaan, dan lain-lain,
  2. foto seascape, yakni foto pemandangan laut yang mencakup alam lautan, danau, dan segala obyek yang menekankan keberadaan air,
  3. foto skyscape, yakni  foto pemandangan langit yang mencakup keberadaan awan, biru langit, sunrise, sunset, dan lain-lain,
  4. foto cityscape, yakni foto pemandangan kota atau pedesaan yang mencakup keunikan-keunikan dan keindahan-keindahan sudut-sudut perkotaan ataupun pedesaan yang mampu menginformasikan ciri khas kehidupan masyarakat di dalamnya.

Saat ini, peminat fotografi panorama tetap ada walaupun tidak banyak. Karena saat ini, kebanyakan orang yang berkecipung di dunia fotografi lebih memilih kategori foto yang banyak dibutuhkan dan dapat menghasilkan uang. Tetapi,  foto panorama tetap memiliki penikmat cukup banyak, meskipun  secara materi, foto panorama kalah pamor dibanding foto lain yang lebih menghasilkan.

Walupun demikian, foto pemandangan atau panorama ini tetap menyenangkan untuk dipelajari. Karena di dalam foto panorama Anda bisa menikmati sekaligus mengagumi keindahan yang ada  di sekitar Anda.

Definisi foto landscape

Fotografi landscape adalah fotografi pemandangan alam atau dalam pengertian lain jenis fotografi yang merekam keindahan alam, dapat juga dikombinasikan dengan yang lain seperti manusia, hewan, dan lainnya, tetapi fokus utamanya alam.

Untuk mendapatkan foto landscape yang bagus banyak faktor yang memengaruhinya, seperti kamera dan lensa yang digunakan, aperture yang akan memengaruhi tingkat depth of field (DoF) atau tingkat ketajaman keseluruhan suatu gambar. Semakin menyeluruh dan tajam foto Anda, semakin bagus foto landscape Anda.

Objek utama foto landscape adalah pemandangan. Dalam memotret foto landscape gunakanlah bukaan (aperture) yang sempit (angka F besar, misal f/10, f/14, f/16, dst). Karena dengan sempitnya bukaan maka ruang fokus semakin lebar sehingga menambah ketajaman gambar, dan gunakan speed cepat (misal speed 1/125s ke atas). Kemudian gunakan ISO rendah (missal ISO 100, 200, 320). Tapi semua itu bergantung pencahayaan pada spot angle yang Anda cari. Dan alangkah baiknya menggunakan tripod agar gambar tidak shake/blur. Setelah semua sudah diatur, tinggal “bidik” dan “tembak”.(missririn.blogspot.com)

Yadi Yasin dalam www.scribd.com menjelaskan ada 14 tips untuk memperbaiki foto lanskep Anda.  Menurutnya, tips-tips ini ada yang terkesan kuno, oldies dan kurang”revolutionized” tapi ini adalah tips-tips dasar yang bisa dipergunakan sepanjang masa, terutama bagi yang ingin mendalami landscape photography. Dari tips-tips di bawah akan juga menyinggung beberapa hal lain, seperti Rule of Third, Hyperfocaldistance, dan lainnya  yang hanya dijelaskan singkat karena bisa menjadi satu topik sendiri.

Tips-tips Yadi Yasin berikut ini:

  1. Maksimalkan Depth of Field (DoF)

    Sebuah pendekatan konsep normal dari sebuah landscape photography adalah “tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon”. Konsep dasar teori “oldies” ini menyatakan bahwa sebuah foto landscape sebanyak mungkin semua bagian dari foto adalah focus (tajam). Untuk mendapatkan ketajaman lebar atau dengan kata lain bidang depth of focus (DOF) selebar-lebarnya, bisa menggunakan apperture (bukaan diafragma) sekecil mungkin (f number besar), misalnya f14, f16, f18, f22, f32, dan seterusnya.Tentu saja dengan semakin kecilnya apperture, berarti semakin lama exposure.

    Karena keterbatasan lensa (tidak mampu mencapai f32 dan/atau f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal untuk mendapatkan bidang fokus yang “optimal” sesuai dengan scene yang kita hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus seluas-luasnya yang dimungkinkan sehingga tajam dari FG hingga ke BG. Dengan DoF lebar, akibat penggunaan f/20 dan pengaplikasian hyper-focal distance untuk menentukan focus.

    2. Gunakan tripod dan cable release

      Dari foto di atas, akibat semakin lebarnya DoF yang berakibat semakin lamanya exposure, dibutuhkan tripod untuk long exposure agar foto yang dihasilkan tajam. Cable release juga sangat membantu. Jika kamera memiliki fasilitas untuk mirror-lock up maka fasilitas ini bisa juga digunakan untuk menghindari micro-shake akibat hentakan mirror saat awal.

      3. Carilah focal point atau titik focus

        Titik focus di sini bukanlah titik di mana focus dari kamera diletakkan, tapi lebih merupakan titik di mana mata akan pertama kali tertuju (eye-contact) saat melihat foto. Hampir semua foto yang “baik” mempunyai focal point, atau titik focus atau lebih sering secara salah kaprah disebut POI (Point of Interest). Sebetulnya justru sebuah landscape photography membutuhkan sebuah focal point untuk menarik mata berhenti sesaat sebelum mata mulai mengexplore detail keseluruhan foto. Focal point tidak mesti harus menjadi POI dari sebuah foto.

        Sebuah foto tanpa focal point  akan membuat mata “wandering” tanpa sempat berhenti, yang mengakibatkan kehilangan ketertarikan pada sebuah foto landscape. Sering foto seperti itu disebut datar (bland) saja. Focal point bisa berupa bangunan (yang kecil atau unik diantara dataran kosong), pohon (yang berdiri sendiri), batu (atau sekumpulan batu), orang atau binatang, atau siluet bentuk yang kontrast dengan BG, dan seterusnya. Peletakan di mana focal point juga kadang sangat berpengaruh. Di sini aturan “oldies” Rule of Third bermain.

        4. Carilah foreground (FG)

          Foreground bisa menjadi focal point bahkan menjadi POI (Point of Interest) dalam foto landscape Anda. Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan”sukses” tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu. Sebuah objek atau pattern di FG bisa membuat “sense of scale” dari foto landscape kita.

          6. Pilih langit atau daratan

                          Langit yang berawan bergelora, apalagi saat sunset atau sunrise, akan membuat foto kita menarik. Tapi kita tetap harus memilih apakah akan membuat foto kita se bagian besar terdiri atas  langit dengan meletakkan horizon sedikit di bawah, atau sebagian besar daratan dengan meletakkan horizon sedikit di bagian atas. Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret membagi dua sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, karena kedua bagian tersebut sama bagusnya. Komposisi dengan menggunakan prinsip “oldies” Rule of Third akan sangat membantu.

          Letakkan garis horizon, di 1/3 bagian atas kalau kita ingin menonjolkan (emphasize) FG-nya, atau letakkan horizon di 1/3 bagian bawah, kalau kita ingin menonjolkan langitnya.Tentu saja hukum “Rule of Third” bisa dilanggar, andai pelanggaran itu justru memperkuat focal point dan bukan sebaliknya. Juga tidak selalu dead center adalah jelek.(bersambung)